Pengamat sepak bola, Ari Junaedi, menilai keputusan Komite Banding (Komding) PSSI mempersilakan George Toisutta dan Arifin Panigoro mengajukan banding hanya semakin memperunyam kisruh PSSI.
Komite Normalisasi yang bertindak sebagai Komite Pemilihan tidak meloloskan Toisutta, Arifin, dan Nirwan Bakrie berdasarkan surat FIFA tanggal 4 April dan 21 April. Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar telah menyatakan, ketiga calon tersebut tidak bisa mengajukan banding. Namun, Toisutta dan Arifin bergeming. Mereka tetap mengajukan banding, Senin (2/5/2011). "Ibarat lepas dari mulut harimau, PSSI kembali dilahap mulut buaya. Saya berharap Komite Normalisasi bisa menggunakan kewenangannya untuk mengubah keputusan Komite Banding jika nantinya Toisutta dan Panigoro lolos," kata Ari Junaedi kepada Kompas.com, Selasa (3/5/2011).
"Mengapa kita harus meributkan figur? Bukankah kita dulu bersatu padu menggusur Nurdin Halid ingin mencari semangat baru persepakbolaan kita? Kita terlupakan dengan masalah pertanggungjawaban keuangan era Nurdin Halid dan Nugraha Besoes. Sebaiknya Toisutta dan Panigoro meniru langkah Nirwan Bakrie dan Andi Darussalam Tabusalla yang legawa mengundurkan diri," kata Ari lagi.
Ari tidak menampik Toisutta dan Arifin merupakan pasangan yang ideal untuk memimpin PSSI. Ia yakin figur pemimpin PSSI kelak akan meneladani semangat Toisutta dan Arifin.
"Semangat dan gagasan Panigoro dengan Liga Primer-nya, dan Toisutta yang mengedepankan science dan sportivitas di sepak bola, pasti akan diteruskan dan menjiwai siapa pun yang nantinya didapuk peserta kongres untuk memimpin PSSI," ucap Ari.